PETA PERMASALAHAN UTAMA
DALAM RUMAH TANGGA
DAN
CARA MENGATASINYA
OLEH : Bvr. DERISMA SITANGGANG
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur , saya kepada Tuhan Yesus yang telah
memberikan berkat dan kesehatan pada
saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Dengan terselesaikannya tugas makalah ini saya mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan
makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan ini, masih banyak
terdapat kekeliruan, seperti pepatah tak ada gading yang tak retak, saya akan sangat berlapang dada
dan berbesar hati menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun, bermanfaat
bagi kelanjutan pembuatan makalah yang selanjutnya.
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang
berperan dan berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan sosial dan
perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga memerlukan
organisasi tersendiri dan perlu kepala rumah tangga sebagai tokoh penting yang
memimpin keluarga disamping beberapa anggota keluarga lainnya. Anggota keluarga
terdiri dari Ayah, ibu, dan anak merupakan sebuah satu kesatuan yang memiliki
hubungan yang sangat baik. Hubungan baik ini ditandai dengan adanya keserasian
dalam hubungan timbal balik antar semua anggota/individu dalam keluarga. Sebuah
keluarga disebut harmonis apabila seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang
ditandai dengan tidak adanya konflik, ketegangan, kekecewaan dan kepuasan
terhadap keadaan (fisik, mental, emosi dan sosial) seluruh anggota keluarga.
Keluarga disebut disharmonis apabila terjadi sebaliknya.
Ketegangan maupun
konflik antara suami dan istri maupun orang tua dengan anak merupakan hal yang
wajar dalam sebuah keluarga atau rumah tangga. Tidak ada rumah tangga yang
berjalan tanpa konflik namun konflik dalam rumah tangga bukanlah sesuatu yang
menakutkan. Hampir semua keluarga pernah mengalaminya. Yang mejadi berbeda
adalah bagaimana cara mengatasi dan menyelesaikan hal tersebut.
Setiap keluarga
memiliki cara untuk menyelesaikan masalahnya masing-masing. Apabila masalah
diselesaikan secara baik dan sehat maka setiap anggota keluarga akan
mendapatkan pelajaran yang berharga yaitu menyadari dan mengerti perasaan,
kepribadian dan pengendalian emosi tiap anggota keluarga sehingga terwujudlah
kebahagiaan dalam keluarga. Penyelesaian konflik secara sehat terjadi bila
masing-masing anggota keluarga tidak mengedepankan kepentingan pribadi, mencari
akar permasalahan dan membuat solusi yang sama-sama menguntungkan anggota
keluarga melalui komunikasi yang baik dan lancar. Disisi lain, apabila konflik
diselesaikan secara tidak sehat maka konflik akan semakin sering terjadi dalam
keluarga.
Penyelesaian masalah
dilakukan dengan marah yang berlebih-lebihan, hentakan-hentakan fisik sebagai
pelampiasan kemarahan, teriakan dan makian maupun ekspresi wajah menyeramkan.
Terkadang muncul perilaku seperti menyerang, memaksa, mengancam atau melakukan
kekerasan fisik.
BAB II
Peta Permasalahan Utama dalam Rumah
Tangga Dan Cara Mengatasinya
Kehidupan rumahtangga tidak
selamanya berjalan mulus.
Sesekali, pasti ada saja gelombang yang menerpa. Seberapa besar masalah yang
datang, semua tergantung bagaimana Anda dan suami menyikapinya. Komunikasi yang
kurang bagus sering menjadi pangkal utama masalah muncul antara pasangan suami
istri.
Banyak hal bisa menjadi sumber
konflik dan
menyebabkan sebuah persoalan dalam rumah tangga. Bahkan, masalah yang seharusnya
tidak diributkan pun bisa menjadi persoalan besar yang tak kunjung selesai.
Namanya juga menyatukan dua kepribadian, pasti tidak gampang. Yang penting
adalah, bagaimana Anda menjadikan perbedaan itu menjadi sesuatu yang indah. Di
bawah ini ada 8 sumber konflik yang perlu diketahui pasangan dan bagaimana
menyelesaikannya:
1.
PENGHASILAN
Penghasilan suami lebih besar dari penghasilan istri adalah
hal yang biasa. Namun, bila yang terjadi kebalikannya, sang istri yang lebih
besar, bisa-bisa timbul masalah. Suami merasa minder karena tidak dihargai
penghasilannya, sementara istri pun merasa dirinya berada di atas, sehingga
jadi sombong dan tidak hormat lagi pada pasangannya.
Solusi
Walaupun penghasilan Anda lebih besar dari suami, cobalah
untuk bersikap bijaksana dan tetap menghormatinya. Hargai berapa pun
penghasilannya, sekalipun secara nominal memang sedikit. Pasalnya, jika Anda
terus menerus mempersoalkan penghasilan suami, persoalan bisa malah semakin
besar.
2. ANAK
Ketidakhadiran anak di tengah-tengah keluarga juga sering
menimbulkan konflik berkepanjangan antara suami-istri. Apalagi jika suami selalu
menyalahkan isri sebagaipihak yang mandul. Padahal, butuh pembuktian medis
untuk menentukan apakah seseorang memang mandul atau tidak.
Solusi
Daripada membiarkan masalah tersebut berlarut terus-menerus,
lebih baik bicarakan dengan suami. Ajaklah suami untuk bersama memeriksakan ke
dokter. Jika dokter mengatakan bahwa Anda dan suami sehat, berarti kesabaran
Anda dan pasangan tengah diuji oleh yang Maha Kuasa. Namun, bila memang sudah
bertahun-tahun kehadiran si kecil belum datang juga, Anda dan suami bisa
menempuh cara lain, misalnya dengan adopsi anak.
3. KEHADIRAN PIHAK LAIN
Kehadiran orang ketiga, misalnya adik ipar ataupun famili
yang lain, keluarga kadangkala juga bisa menjadi sumber konflik dalam
rumahtangga. Hal sepele yang seharusnya tidak diributkan bisa berubah menjadi
masalah besar. Misalnya soal pemberian uang saku kepada adik ipar oleh suami
yang tidak transparan.
Solusi
Keterbukaan adalah soal yang utama.
Sebelum Anda dan suami memberikan bantuan, baik ke pihak Anda ataupun suami,
sebaiknya terlebih dulu dibicarakan, berapa dana yang akan dikeluarkan, dan
siapa saja yang bisa dibantu. Dan ini harus atas dasar kesepakatan bersama.
Agar jangan saling curiga, adakan sistem silang.Artinya, untuk bantuan kepada
keluarga Anda, suami-lah yang memberikan, demikian juga sebaliknya. Dengan
demikian, semuanya akan transparan dan tidak ada lagi jalan belakang.
4. SEKS
Masalah yang satu ini seringkali menjadi sumber keributan
suami-istri. Biasanya yang sering komplain adalah pihak suami yang tak puas
dengan layanan istri. Suami seperti ini umumnya memang egois dan tidak mau
tahu. Padahal, banyak hal yang menyebabkan istri bersikap seperti itu. Bisa
karena letih, stres ataupun hamil.
Solusi
Istri atau suami yang punya masalah dengan hubungan seks
dengan pasangan, sebaiknya berterus-terang. Ini dimaksudkan agar pasangan tidak
curiga dan menuduh yang macam-macam. Ungkapkan saja keadaan Anda, dan mengapa
gairah seks Anda menurun. Suami atau istri yang baik pasti memahami kondisi
tersebut dan tidak akan banyak menuntut, dan mencari jalan keluar yang
menguntungkan ke dua belah pihak.
5. KEYAKINAN
Biasanya, pasangan yang sudah berikrar untuk bersatu
sehidup-semati tidak mempersoalkan masalah keyakinan yang berbeda antar mereka.
Namun, persoalan biasanya akan timbul manakala mereka mulai menjalani kehidupan
berumahtangga. Mereka baru sadar bahwa perbedaan tersebut sulit disatukan.
Masing-masing membenarkan keyakinannya dan berusaha untuk menarik pasangannya
agar mengikutinya. Meski tak selalu, hal ini seringkali terjadi pada pasangan
suami-istri yang berbeda keyakinan, sehingga keributan pun tak dapat
terhindarkan.
Solusi
Kondisi di atas akan menjadi konflik yang berkepanjangan
bila masing-masing pihak tidak memiliki toleransi. Biasanya, pasangan yang
berbeda keyakinan, sebelum menikah, sepakat untuk saling menghargai keyakinan
pasangannya dan membuat kesepakatan tentang anak-anak harus mengikuti keyakinan
siapa. Nah, tetaplah pegang janji itu, dan cobalah untuk saling menghargai.
Kalaupun di tengah jalan Anda atau pasangan sepakat untuk memilih satu
keyakinan saja, sebaiknya ini bukan karena unsur paksaan.
6. MERTUA
Kehadiran mertua yang terlalu ikut campur dalam urusan
rumahtangga anak dan menantunya seringkali menjadi sumber konflik.
Solusi
Timbul rasa kesal boleh-boleh saja, namun tetap harus
terkendali. Bila Anda tidak berkenan dengan komentar ataupun teguran dari
mertua, jangan langsung mengekspresikannya di depan mertua. Cobalah berpikir
tenang, ajaklah suami bertukar pikiran untuk mengatasi konflik Anda dengan
orangtua. Ingat, segala sesuatu, jika diselesaikan dengan pikiran tenang,
hasilnya akan baik.
7. RAGAM PERBEDAAN
Menyatukan dua hati, berarti menyatukan dua kepribadian dan
selera yang juga berbeda. Misalnya suami seorang yang pendiam, sementara istri
cerewet dan meledak-ledak emosinya. Suami senang makanan manis, istri senang
makanan yang serba pedas. Nah, kedua pribadi ini bila disatukan biasanya tidak
nyambung, belum lagi soal hobi atau kesenangan. Suami hobi berlibur ke pantai,
sementara istri lebih suka berlibur di tempat yang ramai. Masing-masing tidak
ada yang mau ngalah, akhirnya ribut juga.
Solusi
Perbedaan-perbedaan ini akan terus
ada, meski umur pernikahan sudah puluhan tahun. Namanya saja menyatukan dua
kepribadian. Jadi, kunci untuk mengatasi perbedaan ini adalah saling menerima
dan mengisi.
Kalau suami Anda seorang yang pendiam diimbangi dengan
jangan terlalu cerewet. Begitupun soal kesenangan. Tak ada salahnya mengikuti
kesenangannya berlibur ke pantai. Mencoba sesuatu yang baru itu indah, selain
menghindari pertengkaran, Anda juga mendapatkan pengalaman baru.
8. KOMUNIKASI TERBATAS
Pasangan suami-istri yang sama-sama sibuk biasanya memiliki
sedikit waktu untuk berkomunikasi. Paling-paling mereka bertemu saat hendak
tidur, sarapan pagi atau di akhir pekan. Terkadang, untuk makan malam bareng
pun terlewatkan begitu saja. Kurangnya atau tidak adanya waktu untuk saling berbagi
dan berkomunikasi ini seringkali menimbulkan salah pengertian. Suami tidak tahu
masalah yang dihadapi istri, demikian juga sebaliknya. Akhirnya, ketika bertemu
bukannya saling mencurahkan kasih sayang, namun malah cekcok.
Solusi
Sesibuk apapun Anda dan suami, tetapkan untuk berkomitmen
bahwa kebersamaan dengan keluarga adalah hal yang utama. Artinya, harus ada
waktu untuk keluarga. Misalnya sarapan dan makan malam bersama. Demikian juga
dengan hari libur. Usahakan untuk menikmatinya bersama keluarga. Jadi, walaupun
Anda dan suami bekerja seharian di luar rumah, namun keluarga tidak
terbengkalai. Waktu untuk keluarga dan karier harus seimbang. Anda dan suami
harus pintar membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Seharusnya seorang
suami dan istri harus banyak bertanya dan belajar, seperti membaca buku yang
memang isi bukunya itu bercerita tentang bagaimana cara menerapkan sebuah
keluarga yang baik dan rukun.
Di dalam sebuah
rumah tangga butuh komunikasi yang baik antara suami dan istri, agar
tercipta sebuah rumah tangga yang rukun dan harmonis. Jika di dalam sebuah
rumah tangga tidak ada keharmonisan dan kerukunan diantara kedua belah pihak,
itu juga bisa menjadi pemicu timbulnya kekerasan dalam rumah tangga. Seharusnya
seorang suami dan istri bisa mengimbangi kebutuhan psikis, di mana kebutuhan
itu sangat mempengaruhi keinginan kedua belah pihak yang bertentangan. Seorang
suami atau istri harus bisa saling menghargai pendapat pasangannya
masing-masing.
Seperti halnya
dalam berpacaran. Untuk mempertahankan sebuah hubungan, butuh rasa saling
percaya, pengertian, saling menghargai dan sebagainya. Begitu juga halnya dalam
rumah tangga harus dilandasi dengan rasa saling percaya. Jika sudah ada rasa
saling percaya, maka mudah bagi kita untuk melakukan aktivitas. Jika tidak ada
rasa kepercayaan maka yang timbul adalah sifat cemburu yang kadang berlebih dan
rasa curiga yang kadang juga berlebih-lebihan. Tidak sedikit seorang suami yang
sifat seperti itu, terkadang suami juga melarang istrinya untuk beraktivitas di
luar rumah. Karena mungkin takut istrinya diambil orang atau yang lainnya. jika
sudah begitu kegiatan seorang istri jadi terbatas. Kurang bergaul dan berbaur
dengan orang lain. Ini adalah dampak dari sikap seorang suami yang memiliki
sifat cemburu yang terlalu tinggi. Banyak contoh yang kita
lihat dilingkungan kita, kajadian seperti itu. Sifat rasa cemburu
bisa menimbukan kekerasan dalam rumah tangga. Maka dari itu, di dalam sebuah rumah tangga kedua belah
pihak harus sama-sama menjaga agar tidak terjadi konflik yang bisa menimbulkan
kekerasan. Tidak hanya satu pihak yang bisa memicu konflik di dalam rumah
tangga, bisa suami maupun istri. Sebelum kita melihat kesalahan orang
lain, marilah kita berkaca pada diri kita sendiri. Sebenarnya apa yang terjadi
pada diri kita, sehingga menimbulkan perubahan sifat yang terjadi pada pasangan
kita masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar